ARTI LAMBANG KABUPATEN BARITO UTARA

logo_BARUTBahwa adanya lambang Daerah Kabupaten Barito Utara sebagai Daerah Otonom dibuat dan diutarakan dalam rangka membangkitkan rasa kecintaan yang mendalam terhadap beberapa segi kekhususan daerah yang dipadukan dengan kesadaran dan kecintaan nasional.

 Rasa kebangsaan, persamaan nasib, persatuan, perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pengembangan usaha-usaha bagi pengertian bangsa yang harus selalu dikembangkan, ditanam dalam tiap-tiap dada Bangsa Indonesia umumnya dan rakyat Barito Utara khususnya.

Perasaan dan penghayatan yang menggejalai perwujudan usaha ini beserta rasa cinta tersebut dapat digugah oleh penggambaran benda-benda tersebut, maka diabadikannya Lambang Daerah akan menggugah kembali kenyataan itu.

 Pengutaraan benda-benda tersebut dalam lambang didasarkan pada penilaian atas beberapa segi yakni berdasarkan atas kekhususannya maupun yang dapat melambangkan dinamika jiwa, kepahlawanan, tekad untuk mencapai suatu cita-cita yang luhur, kegotong royongan, rasa persatuan, sifat-sifat terbuka, ketulusan, keberanian, keyakinan, sumber kemakmuran dan lain-lainnya.

 Bahwa Barito Utara tidak lepas sedikit pun dari rantai ikatan nasional ditegaskan dengan jelas dalam lambang ini disertai dengan tekadnya dalam serba mensukseskan Cita-cita Nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Kejayaan dan Ketahanan Bangsa.

Adapun sifat-sifat kekhususan yang digambarkan dalam bentuk warna dan isi lambang dikemukakan dalam penjelasan dibawah ini :

ARTI LAMBANG

(1)              Bentuk Lembaga mengambil bentuk PERISAI / JANTUNG.

PERISAI atau TELAWANG atau KALABET merupakan alat untuk mempertahankan diri yang digunakan  menahan serangan musuh dengan senjata tajam. Alat Telabang atau Kelabet ini terkenal di seluruh Kalimantan, juga di Barito Utara dalam kesenian Tari Kenyah yaitu semacam tari perang dari Suku Dayak, Kelabet digunakan.

selain bentuk perisai juga bentuk ini dihakekatkan sebagai bentuk JANTUNG, dengan maksud menggambarkan keadaan letak daerah, terletak pada centrum, tengah-tengah pulau Kalimantan. Daerah Barito Utara terletak di Daerah Equator Selatan lebih kurang 0,75 derajat dan sekitar 115 derajat di sebelah Timur Greenwich.

(2)              Garis Diagonal

Ini digambarkan dengan meletakkan garis diagonal bentang selendang dari kanan ke kiri bawah, garis diapit oleh warna hijau dan kuning untuk melambangkan bahwa daerah diapit oleh dua buah pegunungan yaitu Pegunungan Schwaner Muller dan Meratus.

Sedang warna yang diambil untuk Lambang Daerah ini adalah merah, hijau, kuning dan hitam.

Merah untuk melambangkan kepahlawanan dan keberanian, kuning melambangkan kesabaran, hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran serta hitam melambangkan keteguhan dan keadilan.

(3)              Isi Lambang

Isi lambang seperti diutarakan dalam PENJELASAN UMUM adalah benda-benda yang dapat dinyatakan sebagai milik leluhur diabadikan dalam lambang ini dan menjadi Unsur-unsur Lambang.

Benda-benda yang dimaksud baik ia dinilai dari segi penggunaannya yang mengandung arti sosial ekonomis, historis kultural, maupun segi-segi magis, dilukiskan dengan mengesampingkan hukum-hukum perspektip gambar.

a.    Tali Tengang            

Tali ini dibuat dari serabut sejenis akar yang tumbuh atau ditanam, Tali tengang dijadikan tali temali, alat nelayan seperti tali pancing, rengge dan lain-lain yang lambat laun akan musnah dan diganti oleh alat-alat yang lebih modern seperti nilon dan lain sebagainya.

Segi magis tali ini dianggap melambangkan sesuatu yang tidak mudah putus, kokoh, dengan demikian melambangkan juga kebulatan tekad rakyat Barito Utara dalam rangka persatuan nasional.

b.       Bintang segi lima

Bintang melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa. Segi lima bintang tersebut melambangkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

c.        Rumah (Betang)   

Rumah atau lazimnya disebut Betang tempat kediaman suku dayak di beberapa daerah Kalimantan Tengah termasuk di wilayah Barito Utara, pada zaman dahulu dibuat secara khas dan mempunyai maksud-maksud tertentu. Konstruksinya sedemikian rupa dengan kamar serta ruang yang memungkinkan berpuluh keluarga dapat tinggal dengan rukun dan aman.

Rumah (Betang) dibuat memanjang dengan tiang-tiang yang tinggi dengan satu tangga yang disebut  tangga lempang yaitu kayu bulat  ditarah menjadi lekuk-lekuk. Dibuat dengan tiang yang tinggi dimaksudkan untuk atau keluarga dari serangan musuh ataupun binatang buas di malam hari. Untuk keperluan itu malam hari tangga lempang ini diangkat ke atas rumah, sehingga tidak bisa dimasuki (oleh musuh) dengan memanjat tiang rumah. Perlambangan rumah (Betang) ini menunjukkan sifat-sifat khas Suku Dayak yaitu kewaspadaan, ketelitian, hati-hati daya upaya mempertahankan keluarga, kerukunan hidup dan persatuan.

Tetapi ia tidak berarti menutup pintu bagi maksud-maksud   yang baik sesuatu yang baik malah diterima dengan ramah tamah dengan dada terbuka, dilayani secara bersahabat menunjukan sifat-sifat perdamaian dan persatuan.

d.       Perahu (sudur)  

Perahu ini bahannya dibuat dari sebatang pohon yang kuat, dibelah dua kemudian dibentuk menjadi semacam bodi/perahu dengan lambung yang rendah. Kelihatannya sangat surut sehingga menghawatirkan bagi yang tidak pernah naik di dalamnya. Namun sebenarnya bentuk ini adalah praktis, tahan gelombang, praktis untuk melintasi riam-riam dan bila perlu dapat digotong.

Sesuai dengan keadaan geografis daerah Barito Utara yang terdiri dari Sungai Barito dengan anak sungai dan hutan rimbanya maka perahu ini dibuat dari bahan alam yang ada sebagai hasil kultural yang asli, ia juga tentu dari alat tata kehidupan untuk pergi berhuma sebagai alat pengangkutan, alat komunikasi antar desa bahkan ia gunakan oleh pahlawan-pahlawan seperti Panglima Batur dan lain-lainnya dalam kegiatan perjuangan melawan tentara Belanda.

Sebagai alat pengangkutan perahu (sudur) ini pun dapat pula diberi dinding-dinding papan yang kuat (TAMBIT bahasa daerah).

e.         Mandau 

Mandau adalah suatu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Suku Dayak di Kalimantan umumnya dan Barito Utara khususnya. Ia dibuat dari besi yang kuat dan baik, dan Suku Dayak mempercayai tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian besi. Dalam hubungan ini terkenallah besi Montallat di antara bahan-bahan untuk membuat senjata ini.  Senjata ini digunakan untuk menghadapi musuh, tetapi juga untuk merantas hutan dan bertani.

Para pahlawan dahulu menggunakan Mandau sebagai senjata yang tidak dapat terpisahkan tubuh kemana pun pergi selalu dibawa.     Mandau diberi hulu dari tanduk atau kayu yang terpilih dengan ukiran-ukiran, ukiran-ukiran pada hulu mandau ini dapat membedakan tempat asal-usul mandau dibuat, oleh suku mana dan tingkat derajat orang yang memakainya.  Hal ini dapat diketahui dari gaya maupun motif ukirannya. Pada hulunya disisipkan pula rambut, semuanya ini untuk menambah keangkeran dan keampuhannya.

Dalam lambang daerah dilambangkan mandau terhunus untuk melambangkan kesiap-siagaan setiap saat menghadapi segala kemungkinan juga melambangkan kesanggupan, kewaspadaan dan dengan penuh keberanian serta keyakinan akan kemenangan-kemenangan yang dicapai, menggambarkan juga dinamika rakyat daerah Barito Utara.

f.      Sumpitan (Sipet) 

Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu sejata Suku Dayak di Kalimantan umumnya dan Barito Utara khususnya, sebagai alat untuk berburu maupun menyerang musuh dan melawan segala mara bahaya yang menimpa.

Menurut kepercayaan Suku Dayak bahwa senajata sumpitan (sipet) tidak boleh digunakan untuk membunuh sesama umat manusia.   Anak sumpitan diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sesuatu akar yang diolah sedemikian rupa lalu lazim disebut Ipu. Karena itu barang siapa terkena ipu maka ia akan mati .

Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak sumpitan.  Sebelum digunakan anak sumpitan tersebut disiapkan dalam suatu tempat yang khusus untuk itu yang disebut Telep. Cara melepaskan dengan meniup sekeras mungkin melaui lubang sumpitan yang lurus.

Jarak capai anak sumpitan ini  cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis untuk berburu.  Nenek moyang Suku Dayak mengharapkan bahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapatlah tercipta ketulusan dan perdamaian.

g.    G o n g

Gong merupakan perlambang alat kekayaan, sebagai alat komunikasi yang vital dan alat seni budaya.

Dikalangan Suku Dayak memiliki beberapa benda yang digunakan di antaranya seperti gong, dianggap sebagai ciri kekayaan.

Disamping itu gong merupakan fungsi tertinggi dalam zaman leluhur rakyat Barito Utara.

Dalam beberapa keadaan tertentu gong mempunyai arti sebagai alat komunikasi. Misalnya pemberitahuan adanya kematian. Gong dibunyikan tiga kali berturut-turut dalam waktu tertentu selama mayat masih belum dimakamkan (gong TITI).  Bunyi ini didengar sampai pada kampung-kampung yang jauh sehingga kaum kerabat dari tempat jauh datang untuk menghadiri upacara pemakaman. Sebagai alat komunikasi gong juga dibunyikan untuk pemberitahuan-pemberitahuan, baik adanya bahaya, musuh datang dari luar, kebakaran atau panggilan untuk sesuatu pekerjaan gotong royong.Gong juga mempunyai peranan dalam seni budaya, upacara-upacara seperti “BUKAS”, “TIWAH”, upacara penyambutan tamu-tamu yang dihormati, perkawinan, acara kesenian lain-lainnya.

Dalam hubungan ini gong dilambangkan sebagai perlambang alat kekayaan, kegotong-royongan dan bersifat keriangan. Dengan demikian digambarkan bahwa masyarakat Barito Utara dalam menghadapi tugas-tugas yang berat sekali pun tanpa pamrih akan melaksanakannya dan juga menjunjung tinggi kebudayaan dan kesenian asli, menunjukan kepribadian sendiri atas dasar prinsip-prinsip gotong royong, musyawarah dan mufakat.

h.    P a d i

Bahan pangan pokok yang melambangkan kemakmuran. Jumlah 45 butir melambangkan tahun proklamasi kemerdekaan bangsa indonesia.

i.      K a p a s 

bahan yang melambangkan kemakmuran rakyat Barito Utara Khususnya. Jumlah kapas 17 biji merupakan tanggal proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

j.      Simpul

Tangkai kapas dan tangkai padi disimpulkan oleh simpul sebanyak 26 buah melambangkan tanggal pembentukan Kabupaten Barito Utara, yaitu tanggal 26 Juni 1959.

k.     D a u n      

Daun kapas dan daun padi yang berjumlah 6 helai melambangkan bulan pembentukan Kabupaten Barito Utara yaitu bulan 6,  Juni.

l.      Tulisan

Menunjukkan nama  kabupaten dengan “IYA MULIK BENGKANG TURAN” sebagai mottonya, yang artinya pantang menyerah sebelum berhasil.

Sumber : Barito Utara Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito Utara, http://barutkab.bps.go.id

Leave a comment